Day 10 : Sejak Kapan Gendut? #30DaysBlogWriting
Alhamdulillah...sekarang
saya berada pada berat ‘terberat’ saya seumur hidup. Kepikiran sih untuk
menurunkan timbangan, dan saat ini saya lebih memilih untuk mengubah pola
makan, sambil ‘berencana’ untuk olahraga.
Saya terlahir dengan
berat 2,7Kg saja, jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan saudara saya
lainnya. Hingga usia lima tahun saya masih ‘kecil’ dan punya masalah pada
pencernaan, apapun makanan yang masuk pasti akan saya muntahkan, sampai orang
tua membawa saya ke dokter dan mengikuti terapi. Saya gak ingat pasti sejak
umur berapa ikut terapi tersebut, yang pasti saat saya duduk di kelas 3 SD saya
baru mulai berisi badannya. Hal ini berlanjut hingga masuk SMP. Selama SMP saya
berada di asrama dengan segala macam rupa-rupanya yang membuat berat badan saya
turun, jadi gak gendut, tapi gak terlalu kurus juga.
Diawal masuk SMA saya
terkena DBD yang mengharuskan untuk diopname selama beberapa hari, dengan infus
tentunya. Keluar dari rumah sakit, saya kurus sekali, hingga beberapa bulan
setelahnya. Ada yang bilang kalau udah kena infus maka berat badan akan cepat
naiknya. Yap, itu terjadi pada saya, setelah itu berat badan saya terus naik
sampai lupa untuk turun :))))))
Jadi, sebenarnya saya
bukan gendut karena gen, tapi ya karena hal-hal yang tadi itu, kalau makannya
dijaga dan rajin olahraga biasanya berat badan bisa saya kontrol dengan baik,
tapi sayangnya banyak malasnya. Hehehehe.
Suka duka jadi orang
gendut itu nano-nano rasanya, tapi kebanyakan sih saya tidak ambil pusing.
Kalau ada yang panggil ‘gendut...gendut...gendut’ saya cuekin aja, karena ya
memang saya gendut, trus mau gimana dong? Penerimaan diri yang ‘begini’ dan
selalu bersyukur atas apa yang terjadi, itu yang membuat saya bisa menerima, jadi
apapun yang orang bilang tentang orang gendut gak pernah benar-benar saya
masukkan ke hati.
Walau gendut, tapi saya
jadi salah satu tim Voli disekolah dulu, tetap aktif dalam kegiatan
intra/ekstra di sekolah. Saya ikut pramuka dan sering camping, hiking, masih
touring motoran jauh-jauh dan banyak hal lainnya. Saya tidak menjadikan
kelebihan berat badan saya menjadi sebuah halangan untuk melakukan sesuatu.
Bahkan saya juga bisa pacaran, ya sama aja kayak cewek-cewek lainnya.
Pernah ada yang
bertanya ‘Kamu gak pede ya karena gendut?’
No and never.
Saat saya merasa tidak
percaya diri, itu tidak ada hubungannya dengan bentuk fisik, saya merasa begitu
jika saya tidak paham situasi yang dihadapi, atau jika harus tampil didepan
orang banyak saya merasa takut jika nanti bahasanya belibet, atau terdengar
gugup, bukan karena saya gendut.
I have problem in my
life, but my weight isn’t one of them.
Makanya suka kasian
sama orang-orang yang gak bisa menerima diri apa adanya, bahkan ada yang malah
menjelek-jelekkan orang gendut, dan sayang sekali orang itu adalah teman
sendiri. Huhuhuhuhu. Cetek sekali pikirannya tentang ‘gendut’.
But, anyway...ada
beberapa orang yang memanggil saya ‘ndut’, gak masalah...karena buat saya itu
panggilan sayang mereka kepada saya. Sekali lagi, ini tentang bagaimana belajar
untuk menerima dan bersyukur. Yang paling penting adalah sehat. Gendut bukan
berarti sakit, dan kurus juga belum tentu sehat.
Yang harus diingat
adalah ejaan cantik itu bukan ‘k-u-r-u-s’.
Till next post!
0 Comments