Happy Eid Mubarrak 1437 H

1 Syawal sudah beranjak tujuh hari yang lalu.
Masa liburan sebenarnya terbilang sudah berakhir dihari senin ini.
Tapi, pada kenyataannya adalah, jalanan masih sepi, perkantoran beberapa masih tutup, dan di kantor saya, Alhamdulillah, hanya saya yang datang hari ini (rajin banget ga sih gue?).

Lebaran kali ini punya dua makna yang berbeda buat saya pribadi.
Saya banyak belajar dari apa yang terjadi diseliling saya, salah satunya dari sebuah film yang saya tonton ketika bulan puasa kemarin.
Kisahnya bercerita tentang seorang wanita early 30's yang hidup sendiri (I can't tell you what a movie and the story).
Pointnya adalah, setelah nonton itu saya mulai berpikir untuk memperbaiki beberapa hubungan yang tidak begitu baik dengan beberapa orang teman.
Beberapa tahun belakangan, saya memang menarik diri dari lingkaran pertemanan jaman sekolah, saya memilih orang-orang yang ingin saya temui, dan komunikasi. Iya, ini memang tidak baik, but I have a reason for it (I can't explain it too).
Then, karena itu hubungan saya dengan beberapa teman menjadi tidak baik. Awalnya saya cuek saja dengan keadaan ini, karena menurut saya pertemanan itu seleksi alam, yang benar-benar ada untuk saya hingga saat ini adalah orang-orang yang memang bisa menerima saya apa adanya, tak banyak bertanya, tapi paham bagaimana keadaan saya. Namun, akhirnya saya menyadari bahwa ini tidak benar, mereka tidak salah apa-apa, jadi kenapa mesti saya jauhi, mereka tidak mengerti jadi kenapa saya mesti marah. Toh, juga mungkin saya pun tak memahami mereka dengan baik.
Dan karena moment nya pas saat lebaran, saya pun menguatkan hati, dan memberanikan diri meminta maaf kepada mereka terlebih dahulu. Kata seorang sahabat kepada saya, ini bukan tentang siapa yang meminta maaf duluan, tapi tentanng siapa yamh lebih dewasa untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf dengan segala kerendahan hati. Saya memilih yang kedua.
Setelah melakukannya, hati ini terasa lapang, dan lega.

Kedua, lebaran kali ini kami sekeluarga akhirnya mudik ke kampung halaman kedua orang tua saya. Ritual ini sudah lama tidak kami lakukan setelah masing-masih dari anak-anak ayah sibuk dengan urusan sekolah dan pekerjaan. Saat mama mengusulkan untuk mudik dihari raya kedua, kami pun setuju. Saya tau pasti, saat bertemu dengan keluarga besar, harus siap dengan segala pertanyaan yang dimulai dengan kata 'Kapan?'
Seorang wanita dengan usia diatas 25 tahun, pasti akan sangat sering mendapat pertanyaan 'kapan nikah?' pun saya begitu. Saya sudah menyiapkan mental, apadaya tetap kalah dengan ocehan para tetua tentang jodoh dan perjodohan.
Tapi kemudian saya mengatakan dengan halus-sehalusnya pada mereka bahwa menikah atau tidak bukanlah ukuran atau standar bahagia-atau-tidaknya- seseorang.
Ada yang merasa bahagia karena sudah menemukan orang yang akan melengkapi hidupnya, tapi ada juga orang yang merasa sangat bahagia dengan kesendiriannya.
Saya melihatnya dari beberapa teman-teman yang sudah menikah, mereka tampak bahagia dengan keluarga kecil mereka, dan untuk saya pribadi, saya pun bahagia dengan hidup lajang saya yang seperti ini.
We have our own formula for happiness, tiap orang beda, dan ga sama.

Taqobbalallahu Minna Waminkum
Taqobbal Ya Kariim
Minal Aidin Walfaidzin
Mohon Maaf Lahir dan Bathin

Happy Eid Mubarrak 1437 H.


Regards,
Tia yang sendirian aja di kantor.

Share:

0 Comments