#11Project11Days Day 8, Tema 'Cemburu by Dewa'

Damn !!! I Still Jealous You !!!

Namanya Cinta. Buat dia mempunyai nama “Cinta” adalah anugerah, karena banyak sekali orang yang mencintainya, pria lebih tepatnya. Bagaimana tidak, secara fisik Cinta sangat-sangat menarik, kulitnya yang putih bersih, tinggi semampai bak model, hidung mancung, rambut hitam panjang, tatapan mata yang bisa membuat semua pria yang memandangnya luluh lantak tak berdaya. Cinta dapat memilih pria manapun yang ia suka untuk menjadi pacarnya, atau hanya sekedar menemaninya belanja, atau ke salon. Dari hari senin hingga jumat Cinta ditemani oleh pria yang berbeda, kecuali hari sabtu dan minggu, karena dalam dua hari itu ia akan bersama aku atau Edo pacarnya. Ya, aku memang bukan pacarnya, aku sahabat, tetangga (karena rumahku persis disebelah rumah Cinta) serta guru pianonya (kalo yang ini hanya alasan Cinta saja kalo sedang ditanya Edo).

Tapi aku tak peduli dengan semua reputasi jelek tentang Cinta. Bagiku Cinta hanya kurang perhatian dari pacar resmi-nya Edo. Dari kecil Cinta sudah kehilangan orang tua nya yang meninggal karena kecelakaan, dan ia hanya di asuh oleh Neneknya. Jadi, menurutku wajar saja kalo Cinta menikmati perhatian yang diberikan oleh semua pria yang mendekatinya. Aku dan Cinta telah bersahabat lama, seumur hidup jika boleh dikatakan begitu, dan seumur hidupnya pula aku mencintainya, tanpa Cinta ketahui pastinya.

Sebagai “sahabat” yang baik, aku selalu menasehati Cinta agar tak sembarangan jalan dengan pria lain, selain karena alasan pribadiku yang “cemburu” tiap kali melihat Cinta pulang diantar oleh lelaki yang berbeda, tapi juga alasan karena Edo menitipkan Cinta padaku selagi ia bekerja di Aussie.

“Makanya lu jangan ember, lagian siapa suruh dia kerjanya jauh-jauh gitu, gue kan bete di tinggal mulu, punya pacar tapi berasa kayak gak punya pacar” begitulah jawaban Cinta. Di luar itu semua, entah mengapa aku slalu mencintai Cinta, tulus.

Ringtone “If you’re not the one”-nya Daniel Bedingfield mengalun dan membuat Elang terjaga dari tidurnya, ia melirik ke arah jam di dinding, “jam 5 pagi, tumben” gerutu Elang sambil meraih handphone-nya “halo Ta, tumben pagi-pagi telephone, bukannya hari ini jadwal lu ama Edo??” jawab Elang sekenanya, sambil (masih) menutup matanya.

“Kunyuk lu masih tidur yaahhh??? bangun donk, gue di depan rumah lu” mata Elang sontak terbuka lebar, kantuknya mendadak hilang mendengarkan suara Cinta,, bukan karena dia pagi-pagi sudah berada di depan rumahnya, melainkan suara Cinta yang terdengar seperti orang menangis. “tunggu di situ, gue bukain pintu” Elang lalu berlari menuju pintu, membukanya dan mendapati Cinta berdiri kaku sambil memeluk tubuhnya yang menggigil, wajahnya pucat, matanya bengkak, dan benar…Cinta menangis.

Untuk beberapa saat Elang membiarkan Cinta menangis dalam pelukannya, membiarkan Cinta menumpahkan air matanya. “minum dulu Ta” ucap Elang sambil menyodorkan segelas air putih, Cinta tampak sedikit lebih tenang.

“jadi, kenapa pagi-pagi gini lu udah ngerecokin gue bawel???”

“gue putus ma Edo” jawab Cinta singkat. Elang tersenyum, dan entah mengapa ia senang mendengarnya. “Edo yang mutusin gue lebih tepatnya, dia bilang nemu cewek yang jauh lebih baik dari gue, harusnya dari dulu gue dengerin elu untuk gak sembarangan jalan ma cowok lain, sekarang gue kena karma nih” jawab Cinta lagi, air matanya kembali menetes, dan Elang menghapusnya cepat.

“Lu gitu juga kan karena Edo yang cuek, gak perhatian, harusnya lu seneng karena Tuhan udah nunjukin sekarang kalo Edo ternyata bukan cowok yang baek buat lu, percaya deh ama gue, lu pasti nemuin cowok yang tulus sayang, cinta, perhatian, dan terima lu apa adanya” Elang meyakinkan Cinta.

“gue percaya kok ama lu, kan Cuma si kunyuk ini yang ga pernah bohong ma gue, tapi kira-kira sapa ya cowoknya??” tanya Cinta sambil menatap langit-langit kamar Elang, seolah ia sedang bertanya pada dirinya sendiri.

“Cowok itu aku Ta” ucap Elang, dalam hati tentunya.

“gak mungkin lu kan kunyuk???” ucap Cinta lagi sambil memandanginya. Mereka saling bertatap, diam.

“kayaknya otak lu ikutan error deh, istirahat dulu gih, gue tinggal dulu ya, mau buat sarapan, lu pasti laper kan abis nangis semaleman, dasar cengeng”

“sialan lu, gue gak cengeng tau !!!” balas Cinta sambil melemparkan bantal yang tepat mengenai kepalanya. Mereka berdua tertawa, rasanya tak mungkin merusak persahabatan ini dengan cinta sepihaknya. Bagi Elang, Cinta adalah cintanya. Meski Cinta tak pernah mencintai Elang.

***

Ringtone “If you’re not the one”-nya Daniel Bedingfield mengalun, Elang menatap layer LCD handphonenya, dari Cinta.

“Iyyah Ta, gue lagi tidur…” jawabku dengan setengah sadar.

”Kunyuuuukkkk...gue mau jalan dulu yaahhhh, titip rumah jangan sampe ada maling yang masuk awas ya lu kalo nenek gue kenapa-kenapa” sontak aku langsung bangkit dan melangkah ke jendela kamarku. Cinta bersama seorang pria (lagi).

”sama siapa lu??” tanyaku keras padanya.

”yeee...biasa aja kaleee, tar gue kenalin, mau nitip gak lu??”

”Gak, gak usah !!!” jawabku singkat, padat, jelas, marah.

Arrrrrgggghhhtttttt !!!!! Aku menghempaskan diri tepat di atas tempat tidur, kantukku mendadak hilang berganti dengan gemuruh di dada yang semakin membuncah. Aku cemburu.

Share:

0 Comments