Mini Review: Dua Garis Biru




Jujur, awalnya underestimate banget sama film ini, karena belum tayang aja udah ada boikot sana-sini, jadi dibela-belain banget nonton dihari pertama tayang, dan ternyata full house! Lagi-lagi keuntungan nonton sendiri adalah bisa nyelip dibangku yang masih pewe.

*Spoiler Alert

Dua Garis Biru menurut saya berhasil memberi sex education untuk remaja, how to deal with it, apa saja masalah yang akan timbul, sebab-akibat. Bahwa masalah yang timbul bukan hanya berdampak pada mereka saja, melainkan keluarga keduanya.

Yang sedikit saya sayangkan adalah moment 'pacaran' ala anak SMA yang manis dan menggemaskannya masih kurang, dari awal alurnya sudah dibawa menuju ke inti cerita. Dalam sebuah wawancara Sutradaranya, Gina S. Noer menyatakan bahwa durasi awal film ini sepanjang 3 jam, mungkin dalam durasi tersebut lebih banyak moment pacarannya. Yang menguatkan betapa lengketnya mereka, dan 'as you guys called-couple goals' adalah sindiran dari teman-teman sekolahnya yang berkali-kali berucap kata 'suami-istri'.

Walaupun begitu, akting Zara dan Angga difilm ini manis banget, berasa susahnya mereka menghadapi masalah ini dengan khasnya pola pikir remaja yang gak mikir panjang sebelum melakukan sesuatu. Setelah nonton ini fix jadi ngefans sama Angga, ilang udah 'akting sinetronnya' dan two thumbs up untuk Zara yang semakin baik dalam berakting.

Best line dalam film ini adalah:
'Jadi orang tua itu bukan cuma pekerjaan 9 bulan 10 hari, tapi seumur hidup!'
'Kamu bukan papa, dan kamu bukan mama, kamu harus lebih baik'

Deep. So deep.

Menjadi orang tua bukan perkara gampang, saudara-saudara.

Ada banyak scene yang retoris, salah satunya scene waktu Bima membeli jus strawberry saat menemani Dara untuk aborsi. 
Dan moment merinding buat saya adalah scene di jembatan dengan backsound Sulung dari Kunto Aji. Itu rasanya ikut hanyut dan berasa nelangsanya.

Ending. Barangkali ada banyak alternatif ending yang sudah disiapkan, tapi mencari yang paling realistis menurut saya cukup rumit. Dan ending pada film ini adalah hal yang paling bisa dikompromikan dalam mengaatasi masalah ini.

Well, saat ini diposting penonton film ini sudah mencapai angka sejuta lebih penonton.
Saya berharap film ini bisa menjadi bahan pertimbangan bagi remaja, dan para penggiat nikah muda.
Bahwa pernikahan dini tidak semudah 'biar gak zina' saja, melainkan banyak hal yang termasuk kesiapan mental.

Silakan ditonton segera, sebelum turun layar!

Share:

0 Comments