Fase yang Lain dalam Hidup

10 tahun yang lalu, acara yang paling sering saya hadiri adalah pesta ulang tahun, baik saudara, teman, sahabat, maupun tetangga.
2-7 tahun lalu, acara yang paling sering saya hadiri adalah pesta pernikahan, baik saudara, teman, sahabat, mantan pacar, maupun tetangga.
Dan, dua tahun belakangan, keduanya mulai jarang saya hadiri, karena untuk umur 'segini' acara ulang tahun lebih kepada bersama close friends, dan teman-teman sudah banyak yang menikah.

Saya punya dua 'acara' baru yang belakangan ini 'harus' saya datangi. 

Pertama, melayat.

Bukan hal baru sebenarnya, karena sebelum-sebelumnya saya sudah sering kali melayat.

Yang baru adalah, melayat pasangan (suami) dari sahabat saya. Dalam dua tahun ini sudah dua kali.

Pertama kali, mendapat kabar ini jujur saja saya merasa ini hanya mimpi, sahabat saya ini punya dua orang anak yang masih kecil-kecil, dan secara personal saya kenal baik dengan alm. suaminya. Membayangkan ia yang seusia saya harus struggle membesarkan dua anak seorang diri membuat saya sedih. Anaknya yang pertama sudah berusia 5 tahun sekarang, sudah mengerti bahwa sang ayah sudah tidak ada, dan minggu lalu ia minta diantar ke makam sang ayah. Singkat cerita saya dan teman-teman yang lain pun mengantarkannya ke makam suaminya yang letaknya cukup jauh. I can't describe what I feel, my heart was broken when I saw her daughter cried. Rasanya ikut sakit melihat sahabat saya masih menangis saat berdoa di makam suaminya ini. Sebagai sahabat, kami hanya bisa memberi dukungan agar ia tetap kuat, demi anak-anaknya.

Kedua kalinya, baru saja beberapa bulan lalu. Mereka baru saja menikah sekitar setahun lebih dan belum dikaruniai anak. Saya sempat menuliskan tentang itu disini.

Dua kejadian itu membuat saya menyadari bahwa saya sudah masuk kedalam 'fase lain dalam hidup', sebuah fase yang membutuhkan kedewasaan dalam menerimanya, sebuah fase yang membuat saya berpikir bahwa menjadi dewasa tidaklah mudah.

Semakin tua, semakin dituntut untuk lebih menjadi dewasa, semakin bermacam problema hidup yang dihadapi, semakin harus naik level kedewasaan diri.

Dari pengalaman mereka saya belajar banyak sekali, bahwa setelah kehilangan besar dalam hidup, kita harus tetap terus berjalan, dan jangan larut dalam kesedihan yang berkepanjangan. Sedih itu pasti, tapi bagaimana bangkit dari kesedihan itulah yang membuat kita semakin menjadi dewasa. Salut sama mereka, dua wanita tangguh.

Kedua, ulang tahun anaknya teman.

Yap. Acara ulang tahun (lagi), bukan teman, tapi anaknya.
Baru seminggu yang lalu datang ke acara ulang tahun pertama anak sahabat saya. I love this baby girl, anaknya murah senyum banget, lovely banget deh anaknya. Ya layaknya acara anak-anak, rame, seru, dan sibuk sendiri-sendiri (anak-anaknya). It feel like...Oh my God, I'm old. Hahahahaha.

Gak. Gak setua itu kok, I'm not 30 years yet. Still 20-something. Usia yang nyaris ditengah-tengah kayaknya ya, muda relatif, tua juga belum. Tapi ini fase yang lain lagi dalam hidup.

Hmmmm...
Apapun fase yang lain lagi yang bakal saya lewati nanti, semoga tetap menyikapinya dengan kedewasaan.
Thank's god, I'm alive.

Share:

0 Comments