Kecewa

Kecewa…!!!
“Sedikit waktu yang kau miliki
Luangkanlah untuk ku
Harap secepatnya datangi aku
Kali ini ku mohon padamu
Ada yang ingin ku sampaikan
Sempatkanlah…”
“Sialan…!! Lagu ini kok kayak nya nyindir gue sih” batin ku kesel, walau sebenarnya aku sendiri ngerasa kalo lagu ini emang gue banget. Iseng aku memanggil seorang pelayan yang kebetulan lewat di hadapanku.
“Mas…” panggil ku.
“Ada yang bisa saya bantu mbak?” tanya nya sopan.
“Mmm…mau tanya aja, lagu yang sedang di putar ini judul nya apa ya?”
“Oh begitu, di tunggu sebentar ya mbak” jawabnya sambil berlalu pergi ke arah kasir tempat lagu tadi di putar. Dari jauh aku melihat pelayan tadi bertanya pada seorang wanita yang sedang berjaga di kasir, tak lama pelayan tadi mengangguk-angguk sambil tersenyum dan berjalan ke arah ku.
“Tanpa pesan dan amarah
Seluruhnya ada dibenakku
Andai seketika hati yang tak terbalas
Oleh cintamu…”
Suara merdu dari sang penyanyi wanita masih terdengar hingga ke seluruh ruangan kafe tempat aku berada sekarang.
“Permisi mbak, judul lagu ini “Kecewa” yang nyanyi BCL alias Bunga Citra Lestari” ucap pelayan tadi.
“Ow gitu, ya udah makasi ya mas…” jawab ku sumringah.
“Sama-sama mbak, permisi…” pelayan tadi pun berangsur meninggalkan ku. “Oh…judul nya “Kecewa”, emang pas banget dengan gue sekarang” batin ku, kali ini dengan wajah yang di tekuk.
Fiuh…aku menghelah nafas. Hampir 3 jam sudah aku duduk disini dan memesan 3 cangkir Cappucino dan 3 potong donat Tiramisu, yang sekarang telah habis aku lahab dan masuk ke perut ku. Aku menunggu seseorang. Gilang, pacarku. Entahlah…aku juga tak tau pasti setelah hampir 3 jam menunggunya disini tanpa kabar sama sekali. Sms gak di balas, telephone juga gak diangkat, pada hal hari ini hari spesial, dan Gilang sendiri yang membuat janji hari ini. Aku merasakan mata ku panas, ada genangan air dipelupuk mata ku yang siap tumpah.
“Ku ingin marah melampiaskan
Tapi ku hanyalah sendiri disini
Ingin ku tunjukkan pada siapa saja yang ada
Bahwa hati ku
Kecewa…”
Kali ini air mata ku tumpah. Sungguh aku sudah tak tahan dengan semua ini. Aku kecewa, bukan hanya sekedar marah lagi, tapi kecewa. Ini bukan pertama kali nya Gilang terlambat datang saat berjanji untuk ketemu, ini sudah kesekian kalinya, bahkan entah sudah berapa kali, malah diantara beberapa kali itu Gilang bahkan tidak muncul sama sekali, dan hanya mengirimkan sebuah pesan singkat.
Beib, sorry aq da met2ing da2kn
Km bs plg sndrkn?
Begitu isi pesannya setelah aku menunggu hampir berjam-jam tanpa kabar, dan di akhiri dengan ketidak hadirannya.
Aku tau Gilang sibuk dengan kerjaannya, dengan kariernya sebagai General Manager di sebuah perusahaan Advertising terkenal di kota ini, yang menjadi impiannya sejak dulu. Sering aku protes karena ia terlalu fokus pada pekerjaannya, tapi lagi-lagi dia hanya menjawab “Beib, ini juga kan untuk masa depan kita, kamu ngertiin aku ya”. Kalau sudah begini aku yang tak tau harus berbuat apa. Tapi, bukankah sebuah kebahagiaan tidak hanya dapat di ukur dengan materi saja. Aku benar-benar tak dapat membendung air mata ku lagi, perlahan aku mulai menghapus tetesan air mata yang jatuh ke pipiku.
“Sedetik menunggumu disini, seperti seharian
Berkali ku lihat jam di tangan
Demi membunuh waktu
Tak ku lihat tanda kehadiranmu
Yang semakin meyakiniku, kau tak datang”
Lagu “Kecewa” masih mengalun indah, aku melirik jam di tanganku, hampir 3 jam lebih aku menunggu disini. Lelah. Akhirnya aku pun mulai beranjak pergi. Saatnya pulang, kesabaranku sudah habis menunggu Gilang yang tak ada kabar.
“Permisi mbak” ucapku pada seorang wanita yang sedang berjaga di kasir, aku mengeluarkan dompet dan mengambil beberapa lembar lima puluh ribuan untuk membayar pesananku tadi.
“Terima kasih mbak, silahkan kembali lagi” ucap kasir tadi ramah, aku hanya membalas dengan senyuman sambil berkata dalam hati, “Mungkin ini jadi kunjungan terakhir gue kesini”.
Namun saat aku beranjak ke pintu keluar sayup-sayup terdengar seseorang memanggilku, aku sangat mengenali suara itu. Suara itu milik Gilang.
“Lho beib, kamu mau kemana?” tanya nya dengan wajah tanpa dosa padaku.
“Aku kira kamu gak bakalan datang, ah…udahlah kita udah sering banget ngebahas ini, aku capek, aku mau pulang” jawabku sambil berlalu, tapi Gilang menahanku.
“Tita, kamu marah?” tanya nya.
“…”
“Oh my God, please deh Ta, dewasa dikit donk, aku Cuma terlambat 3 jam, wajarkan? Kamu tau kan Ta aku sibuknya kayak apa, jadi tolong ngertiin aku, jangan marah-marah gak jelas kayak gini, ini kan juga untuk masa depan kita beib” Ucapnya lagi. Aku sudah tak bisa menahan amarah, aku bahkan sudah tak peduli dengan tatapan orang-orang yang berada di dalam kafe yang melihat ke arah ku.
“Kamu bilang Cuma 3 jam, Cuma Lang? Cuma…??? Kamu tau gak arti 3 jam itu untuk aku apa??? Mungkin kamu lupa Lang, ini bukan 3 jam pertama kamu terlambat datang tanpa kabar, ini udah ke sekian kalinya, sampai aku sendiri gak tau entah berapa kali aku menunggu berjam-jam kayak orang tolol Cuma untuk nunggu kamu yang gak jelas datang atau gak”
“…”
“Aku tau kamu sibuk, aku juga tau posisi kamu sekarang impian kamu sejak dulu, tapi kalo itu buat kamu slalu lupa sama aku, lupa sama janji kamu, lebih baik aku mundur Lang, karena sampai kapan pun aku gak akan bisa bersaing sama pekerjaan kamu”.
“…” Gilang masih terdiam, mungkin kaget karena mendengar aku yang tiba-tiba meledak-ledak seperti ini.
“Aku tau ini untuk masa depan kita, tapi kamu udah kelewatan Lang. satu hal yang harus kamu tau, materi aja gak cukup untuk buat kita bahagia. Aku gak marah sama kamu, aku Cuma kecewa. Kecewa Lang…!!!” ucap ku lagi, tangis sudah membanjiri pipi ku, semua uneg-uneg yang ada dalam hati udah aku tumpahkan disana.
“Maafin aku Ta…” ucap Gilang pelan sambil meraihku dalam pelukannya. Aku masih terus menangis, pelukan seperti ini biasanya bisa membuat ku tenang bila dalam masalah, tapi kali ini lain, justru pelukan Gilang membuatku resah. Pelan aku melepaskan pelukannya.
“Kecewa itu jauh lebih sakit dari pada hanya sekedar marah. Aku capek Lang, capek dengan semua ini, rasanya kesabaran aku udah abis. Hari ini ulang tahun aku dan tepat 5 tahun kita jadian, tadinya aku kira kamu bisa on time, seenggaknya kamu kabari aku kalau telat datangnya, kamu yang buat janji tapi kamu juga yang ingkarin, kalo Cuma janji seperti ini aja kamu gak bisa konsekwen, gimana untuk hubungan yang lebih serius. Kayaknya mending kita jalan sendiri-sendiri aja Lang…” ucap ku panjang kali ini.
“Tunggu Ta, maksud kamu apa? Kamu gak minta kita putuskan?” tanya Gilang tak percaya.
“Please Lang, jangan buat aku berat untuk ninggalin kamu, mungkin saat ini, inilah yang terbaik buat kita, please Lang kali ini aja ngertiin aku” setelah mengucapkan kata-kata itu aku pun beranjak pergi, kali ini benar-benar pergi meninggalkannya.
Gilang hanya menatap sedih kepergian Tita, sungguh sebenarnya ia pun tak rela, tapi hati kecilnya mengakui ini memang salahnya. Hatinya sakit saat melihat separuh jiwanya lebih memilih pergi dari pada tinggal bersamanya.

Share:

0 Comments