Seven Eleven, Sebuah Catatan Memori.

Sevel yang ada di Melaka Sentral, Malaysia.


Beberapa waktu lalu tersiar kabar bahwa Seven Eleven menutup seluruh tokonya di Indonesia. Benar saja, beberapa hari yang lalu saya kembali ke Jakarta dan mendapati toko-toko Sevel yang sudah kosong.

Banyak yang mengatakan bahwa franchise ini mengalami kebangkrutan, karena sejak ada peraturan yang tidak membolehkan menjual minuman keras, omset penjualan mereka mengalami penurunan drastis. Disisi lain, toko-toko yang letaknya strategis dan dengan sewa yang mahal ini tidak diimbangi dengan pendapatan mereka. 

Well, honestly, saya salah satu orang yang ikut sedih saat tahu bahwa Sevel ditutup. Bagi saya, Sevel punya tempat dalam hati saya. Bukan karena apa yang mereka jual, tapi tempat ini sudah menciptakan kenangan tersendiri bagi saya.

Ada masanya saya hanya duduk termenung dibangku Sevel yang menghadap jalan raya hanya untuk menenangkan diri saat tak tahu lagi harus kemana.

Disini juga menemukan rasa cappuccino favorit saya. Iya, seleranya sesederhana itu. Entah kenapa, cappuccino disini rasanya pas dan sesuai dengan selera, tentunya ini subjektif, setidaknya begitu untuk saya.

Sevel jadi tempat saya dan teman-teman berkumpul setelah office hours, bisa berjam-jam lamanya duduk disana, bahkan tak jarang hingga pagi. Biasanya untuk ngobrol, tak jarang juga untuk curhat, bahkan pernah berantem juga disini, hahahaha. Silly thing happen, jadi lagi duduk bareng teman-teman kan, kayak biasa gitu, trus ngobrol, adu argumen, saking keselnya trus ke toilet Sevel cuma buat nangis, diem aja didalamnya sampai disamperin sama temen.

Saya menemukan teman-teman baru disini, adek-adek dengan bakat bermusik yang mumpuni, seringkali kami mengajak mereka duduk bersama, nyanyi bersama, ngobrol ngalor ngidul, hingga akhirnya menjadi kawan, alhamdulillah, walaupun saya sudah tidak menetap di Jakarta, tapi masih berhubungan baik dengan adik-adik ini.

Sevel yang paling sering saya datangi adalah yang berda percis dekat dengan Gandaria City. Karena ini yang terdekat dari kos, dan mas-mbak nya juga ramah-ramah, keseringan main disini juga jadi hapal sama karyawannya.

Sevel oh sevel.

Benar bila ada yang berkata bahwa 'Sesuatu baru terasa sangat berharga saat sudah menjadi memori'

Sekarang kalau ke Jakarta lagi, mesti nyari tempat nongkrong yang lain yang juga buka 24 jam, hahahahaha.

Terimakasih untuk kenangannya, Seven Eleven. 

Share:

0 Comments